Viral Pengantin Nyebrang Sungai, Warga Sindir Pemerintah: ‘Cinta Kuat, Jembatan Lemah

Kolaka Timur – Momen yang seharusnya penuh bahagia berubah jadi potret getir kehidupan warga pelosok. Sebuah video viral dari Desa Awiu, Kecamatan Aere, Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, memperlihatkan seorang pengantin perempuan harus digendong melintasi sungai yang meluap, lantaran jembatan satu-satunya di desa itu rusak diterjang banjir.

Dalam video yang diunggah akun Facebook Hazmah Anizha, tampak seorang pria bernama Sahril menggendong pengantin perempuan, Ningsi, yang masih mengenakan pakaian adat lengkap. Di belakangnya, pengantin pria juga ikut digendong warga menyeberangi arus deras sungai. Rombongan pengantar hanya bisa menonton dan tertawa getir, di tengah derasnya air yang menutup akses jalan.

“Ini perjuangan pengantin baru, pas hari acara tiba-tiba jembatannya hanyut dibawa air besar,” ujar perekam video dalam unggahannya.

Peristiwa itu terjadi Minggu (9/11/2025), usai hujan deras mengguyur wilayah Aere sejak malam sebelumnya. Akibatnya, akses satu-satunya jalan penghubung antar desa terputus, dan masyarakat tak punya pilihan selain menyeberangi sungai dengan cara seadanya.

Meski di video terdengar tawa, banyak warganet yang justru menitikkan air mata, bukan karena haru melihat cinta sejati, tapi karena miris melihat betapa terpinggirkannya pembangunan di daerah pedesaan.

“Lucu tapi sedih. Ini tahun 2025, tapi warga masih harus gendong pengantin gara-gara jembatan tak kunjung diperbaiki,” tulis salah satu pengguna Facebook.

“Cinta mereka luar biasa, tapi yang lebih deras dari air sungai adalah ketidakpedulian pemerintah,” sindir netizen lainnya.

Kejadian ini bukan sekadar momen viral, tapi tamparan keras bagi pemerintah daerah. Infrastruktur dasar seperti jembatan seharusnya menjadi prioritas, bukan proyek yang menunggu korban atau viral dulu baru ditindaklanjuti.

Setiap musim hujan, wilayah Kolaka Timur memang kerap dilanda banjir, dan keluhan soal jalan serta jembatan rusak sudah jadi cerita lama yang tak berujung perbaikan. Sayangnya, suara rakyat kecil sering tenggelam bersama derasnya air sungai yang meluap.

Momen Ningsi dan Sahril digendong menyeberangi sungai kini menjadi simbol nyata: cinta bisa menembus batas, tapi perhatian pemerintah masih terhalang arus birokrasi dan janji yang hanyut terbawa banjir.

Pos terkait