Luwu Timur — Proyek pembangunan drainase sepanjang 1.200 meter milik Balai Besar Wilayah Sungai Jeneberang Pompengan (BBWSJP) Sulawesi Selatan kini menjadi sorotan panas publik. Proyek yang diduga bersumber dari APBN Tahun 2025 itu menelan anggaran miliaran rupiah, namun kondisi di lapangan justru memperlihatkan tanda-tanda pengerjaan asal-asalan dan minim pengawasan.
Pekerjaan yang berlokasi di Desa Lumbewe, Kecamatan Burau, Kabupaten Luwu Timur itu dinilai warga jauh dari kata layak. Hasil pantauan menunjukkan pasangan batu drainase hanya dikerjakan setengah dari kedalaman galian yang semestinya. Bahkan lebih parah, papan proyek tak ditemukan di lokasi, memunculkan dugaan kuat bahwa proyek tersebut diselimuti praktik gelap dan tidak transparan.
“Kami tidak pernah melihat papan proyeknya, jadi kami tidak tahu siapa kontraktornya dan berapa nilainya. Tapi yang jelas, hasilnya amburadul,” ungkap salah satu warga, Minggu (2/11/2025).
Dari dokumentasi yang diterima redaksi, tampak jelas pasangan batu hanya duduk di atas pematang sawah tanpa pondasi kuat, sementara kedalaman galian dasar hanya beberapa sentimeter. Kondisi ini memperlihatkan lemahnya kontrol dan dugaan kuat adanya kongkalikong antara pelaksana proyek dan pengawas lapangan.
“Kalau dilihat dari mutu pekerjaannya, jelas tak sesuai bestek. Padahal nilainya miliaran. Ini proyek pemerintah, bukan proyek percobaan,” ujar warga lain dengan nada geram.
Publik pun menuding BBWSJP Sulsel sebagai pihak yang harus bertanggung jawab penuh atas kualitas proyek tersebut. Warga mendesak agar pimpinan balai segera turun langsung memeriksa mutu pekerjaan dan memanggil kontraktor pelaksana.
“Uang negara bukan untuk dijadikan bancakan. Kalau dibiarkan begini, jelas mencederai kepercayaan masyarakat,” tegas salah satu tokoh warga Lumbewe.
Proyek yang seharusnya menjadi solusi banjir di kawasan Burau itu kini justru menjadi simbol lemahnya pengawasan dan dugaan penyalahgunaan anggaran. Warga berharap aparat penegak hukum turut turun tangan mengusut proyek ini hingga tuntas.
Karena bagi mereka, setiap batu yang ditumpuk asal-asalan di Lumbewe adalah simbol nyata betapa mudahnya uang rakyat dikubur di bawah drainase bermasalah.(***)





